Selasa, 20 Oktober 2009

UKM Center Ikuti Pelatihan Wirausaha yang Diadakan Apindo-NHO



UKM Center Sumatera Utara makin melebarkan sayapnya dalam upaya pembinaan masyarakat di bidang wirausaha. Kerjasama maupun bantuan dari sejumlah instansi atau institusi, terus dijalin guna mengembangkan sektor pembinaan serta pelatihan bagi usahawan binaan mereka.
Setelah sebelumnya sejumlah kesempatan kerjasama dan bantuan didapat, mulai dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta instansi lain, maupun dari institusi seperti perbankan atau PTPN, kini jalinan kerjasama organisasi ini didapat dari Asisiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut yang bersinerji dengan NHO Norwegia.
UKM Center satu-satunya yang dipercaya untuk menyertakan anggotanya mengikuti pelatihan wirausaha tata boga dan garmen yang diadakan Apindo Sumut bersama NHO, selama lima hari, 12-16 Oktober 2009 di gedung Uniland Medan.
Sebanyak 65 peserta, yang sebagian diantaranya dari kalangan usia muda, mengikuti pelatihan tersebut. Sebanyak 45 peserta perwakilan dari Kota Medan serta sisanya dari Kabupaten Serdang Bedagai.
Kenapa UKM Center yang dipilih? Ketua UKM Center Sumut, Ir Deni Faisal Mirza, menyatakan kepercayaan kepada mereka merupakan suatu kehormatan yang sangat besar. “Apalagi dari suatu organisasi yang menasional bahkan dengan dukungan lembaga asing. Ini tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” kata Deni.
Perihal dipilihnya UKM Center, menurut Deni, karena adanya penilaian dari Bapedasu terhadap UKM Center yang dianggap konsern membina kalangan usahawan mandiri. Informasi inilah yang disampaikan ke Apindo sehingga terjadi kontak antara UKM Center dengan Apindo yang berujung pada penyertaan anggota UKM Center mengikuti pelatihan tersebut.
“Diharapkan dengan pelatihan ini, bertambah wawasan, ilmu dan keterampilan kalangan usahawan. Sehingga muncul inovasi untuk penambahan jenis usaha yang nantinya bermuara pada penambahan income,” ujar Deni.
Dari situ pula, diharapkan UKM lebih sejahtera, mandiri dan memiliki ketahanan ekonomi.
Pelatihan lalu, acara pembukaannya turut dihadiri Kadisnaker Sumut, Kadis Koperasi & UKM Sumut, Kanwil Jamsostek, perwakilan NHO Norwegia serta Ketua Apindo Sumut Parlindungan Purba.
Deni mengharapkaan, kerjasama yang dijalin tersebut tidak sampai di sini, namun berkesinambungan untuk program-program lainnya.
“Diharapkan ada follow-up berupa pameran, magang dan sebagainya yang difasilitasi Apindo. Kami dari UKM Center, siap menyertakan anggota yang memiliki kemampuan serta inovasi untuk menghasilkan produk berkualitas dan dapat diunggulkan,” ucap Deni.
Saodah, salah seorang peserta pelatihan garmen, berkomentar, kegiatan ini besar manfaatnya bagi mereka yang ingin merintis usaha kecil-kecilan. Diakuinya, selain keterbatasan sumber dana, selama ini yang menjadi kendala pelaku UKM seperti mereka adalah keterbatasan sumber daya atau kemampuan.



“Jadi, dengan mengikuti pelatihan seperti ini, setidaknya kami jadi bertambah pengetahuan tentang jahit-menjahit, seperti motif dan disain yang sedang trend maupun cara pengerjaannya,” kata wanita asal Bogak Besar, Serdang Bedagai ini.
Dia mengaku, akan mengembangkan wirausaha di bidang garmen ini. Kebetulan, di rumah dia sudah mempunyai mesin jahit sendiri yang tentunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan usaha kecilnya.
“Hitung-hitung menambah pendapatan keluarga. Jadi tak selalu bertumpu pada pendapatan suami,” ujar wanita yang bersuamikan seorang petani ini. (eko)

UKM Center Fasilitasi Sertifikasi Tanah Usahawan Kecil dan Manengah

MINAT pengembangan usaha para usahawan kecil dan menengah, sering terkendala permodalan. Peluang mendapatkan bantuan modal dari perbankan atau lembaga permodalan lainnya, kadang juga terbentur persyaratan agunan, semisal tanah yang harus memiliki sertifikasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Ini dikarenakan, jika pun pengusaha tersebut mampu mengajukan agunan, namun sering tak memenuhi syarat yakni sertifikat dari BPN tersebut.
Dilatarbelakangi kondisi tersebut, UKM Center Sumatera Utara menggagas suatu program sertifikasi tanah milik usahawan kecil dan menengah (UKM) tersebut, agar suatu saat jika dibutuhkan untuk menjadi agunan guna mendapat tambahan modal usaha, dapat digunakan.
Ketua UKM Center Sumut, Ir Deni Faisal Mirza, mengatakan program ini merupakan kerjasama Dinas Koperasi dan UKM Medan dengan BPN Medan. Sementara UKM Center Sumut ditunjuk sebagai fasilitator.
“Peran kami di sini untuk mencari UKM yang ingin mensertifikasi tanahnya,” kata Deni, baru-baru ini.
Deni menjelaskan, program ini merupakan hasil rekomendasi seminar sentra kewirausahaan pemuda yang diselenggarakan Maret 2009 lalu oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI yang diajukan ke Departemen Koperasi dan UKM RI. “Melalui tahapan tersebut, akhirnya program ini ditindaklanjuti BPN. Akhirnya keluarlah program sertifikasi ini,” ujar Deni.
Sebagai fasilitator, UKM Center Sumut diberi kesempatan untuk mengumpulkan 300 persil tanah milik pelaku UKM di Medan. Syaratnya, untuk tanah pertanian maksimal seluas 2 hektar.
“Tetap ada biaya yang dikeluarkan, tapi dengan harga yang sangat murah, tergantung PBB, dan tentunya di bawah tarif yang biasa untuk umum. Sekarang sudah ada 20 persil yang telah didaftarkan. Jadi masih ada kesempatan untuk 280 persil lagi. Tentunya kami selektif, benar-benar memperuntukkan kesempatan ini bagi kalangan UKM,” paparnya.
Untuk itu, dia menghimbau para UKM yang berminat untuk mendaftarkan diri ikut program ini. Mereka dapat menghubungi sekretariat UKM Center Sumut di Jalan Al Falah Medan atau di nomor 06176697525.
Deni kembali mengatakan, dengan berjalannya program ini, berarti semakin intens upaya yang dilakukan UKM Center Sumut untuk menjembatani para pelaku UKM dengan unsur pendukung usaha tersebut. Sebelumnya mereka telah menjembatani hubungan pengusaha dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam hal izin usaha. Lalu untuk permodalan, mereka juga sudah menjalin hubungan ke pihak perbankan dan BUMN atau BUMD.
“Harapan kami, program yang kami jalankan ini bisa membantu para UKM terutama yang datang dari kalangan usia muda, untuk mengembangkan usahanya agar bisa lebih maju dan menjamin penghidupan di masa mendatang,” ucap Deni. (eko)

MENGEMBANGKAN SENTRA BATIK DAN TELEKUNG DI TEMBUNG

DUA dari sejumlah usaha binaan UKM Center Sumut adalah pembuatan batik dan telekung. Secara kebetulan, dua jenis usaha ini berada di satu kawasan yakni Kecamatan Medan Tembung, tepatnya di Jalan Bersama sehingga ke depan diproyeksikan sebagai sentra bersama perajin batik dan telekung.

Sentra pembuatan batik di Jalan Bersama Gg Musyawarah telah melatih 20 orang dengan instruktur Dra Nur Cahaya. Pelatihan sejak Februari 2009, mampu menjadikan sebagian dari mereka sebagai perajin yang telah mengikuti workshop serta pameran.
“Mereka ini sudah cukup terampil, tinggal memantapkan tehnik pewarnaan yang rencananya akan mendatangkan instruktur dari Jawa,” kata Nur Cahaya.
Dua jenis batik yang dikembangkan adalah batik tulis dengan motof khas Jawa serta batik cap atau cetak dengan motif Gorga atau khas Batak. Produksi batik dari sentra ini sudah dipamerkan pada arena pameran teknologi di Langkat, baru-baru ini.
“Ya, lumayanlah, untuk memperkenalkan produk baru kami ke masyarakat. Setidaknya beberapa lembar hasil produksi kami telah laku dipasarkan, walau dengan harga minimal. Hitung-hitung untuk promosi,” kata Asih, salah seorang perajin.
Harga yang ditetapkan untuk satu lembar batik tulis memang masih relatif sangat murah, antara Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu. Padahal yang ideal harganya sekitar Rp 100 ribu. Demikian juga dengan batik khas Batak, masih dijual seharga Rp 55 ribu hingga Rp 60 ribu.
Khusus untuk batik khas Batak ini, mereka sudah mendapat respons pasar berupa pesanan dari instansi pemerintahan untuk bahan pakaian seragam. Al Washliyah juga memanfaatkan produk mereka untuk digunakan sebagai bahan pakaian seragam organisasi tersebut.
“Namun kami masih terkendala modal serta peralatan, untuk memproduksi dalam jumlah lebih besar,” ungkap Nur Cahaya.


Sentra Telekung

Sementara itu Mardiana Situmorang yang membina sejumlah wanita untuk mengikuti pelatihan pembuatan telekung di Jalan Bersama No. 98, juga mengungkapkan problematika yang sama. “Inginnya sih, memasarkan produk yang telah kami buat. Tapi modal tak cukup, sehingga terpaksa produksi kami tolak ke pedagang,” ujarnya. Selain itu, dia mengaku harga kain untuk pembuatan telekung itu cukup mahal, yang menjadi kendala lain mereka memproduksi dalam jumlah lebih banyak.
Di lokasi kursus milik Mardiana, bekerjasama dengan UKM Center Sumut sejak dua bulan lalu telah melatih 10 peserta dan Juli 2009 ini masuk gelombang kedua 10 orang lagi. “Kalau bisa, selepas latihan di sini kami bisa menekuni usaha sendiri, untuk membantu ekonomi keluarga,” ujar Nur Asiah, salah seorang peserta kursus.
Ketua UKM Center Sumut, Ir Deni Faisal Mirza didampingi Ketua UKM Center Medan Tembung, M Taufik, mengatakan untuk kedua jenis usaha ini mereka akan terus membantu hingga akhirnya nanti para perajin mendapatkan pasar bagi hasil produksinya. “Yang jelas, kami membantu mereka termasuk permodalan untuk pengembangan usahanya,” ujar Deni.
Diakuinya, setelah menjalani kursus para perajin yang memulai dari nol ini tidak bisa langsung terjun ke persaingan usaha. Seperti yang diterapkan untuk peserta pelatihan pembuatan telekung, setelah selesai mereka akan dimagangkan ke pengusaha yang telah berhasil, setelah benar-benar mahir baru mereka dilepas untuk berusaha sendiri.
“Diharapkan mereka jadi pelaku usaha industri rumahtangga. Tentunya dengan bantuan permodalan, agar mereka bisa memproduksi sendiri dan menggandengkannya dengan pengusaha yang sudah punya pasar. Untuk diketahui, pasar telekung saat ini cukup besar hingga ke Malaysia,” papar Deni. (eko)

UKM CENTRE SUMUT, MODEL PEMBINAAN USAHAWAN MANDIRI


SEJAK didirikan tahun 2005 dan kemudian diresmikan oleh Deputi Menpora Bidang Kewirausahaan Pemuda Drs H Sudrajat Rasyid MM awal 2006, UKM Center Sumatera Utara telah menjelma menjadi model pembinaan wirausahawan mandiri. Hasilnya pun, sejumlah usahawan kecil dan menengah (UKM) binaannya telah berhasil mengembangkan usaha sekaligus mengangkat derajat secara ekonomi.
“Setelah deklarasi UKM Center Sumut pada 6 Januari 2006 oleh Bapak Deputi Menpora Bidang Kewirausahaan Pemuda, di provinsi lain pun mulai didirikan lembaga yang sama dengan mengambil peran yang sama pula. UKM Center Sumut menjadi model pembinaan bagi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga,” kata Ketua UKM Center Sumut, Ir Deni Faisal Mirza.
Deni mengaku bangga, sekaligus gembira bahwa apa yang mereka rintis sejak awal, kini mulai menapak naik dan menunjukkan hasil dari pembinaan, pelatihan serta pendampingan yang mereka lakukan kepada pelaku UKM khususnya dari kalangan usahawan muda.
Dipaparkan, UKM Center kini membina sejumlah usahawan yang bergerak di bidang pembuatan makanan, sepatu, sandal, tas, telekung (mukena), batik dan lain-lain.
Mereka ini, yang mendapatkan pembinaan sekaligus pelatihan yang difasilitasi Kemenegpora. Staf Kemenegpora secara berkala berkunjung langsung ke pelaku-pelaku usaha yang dibina UKM Center Sumut.
Hasilnya, seperti dipaparkan di awal tadi, selain mengangkat nama produk untuk lebih dikenal di pasar, sejumlah lomba inovasi bisnis pun telah mampu mengangkat nama sang usahawan sekaligus hasil usahanya diakui menjadi produk unggulan yang pantas menyandang predikat juara.
Seperti di tahun 2007, usahawan muda Roma Girsang yang merupakan binaan UKM Center Sumut menjuarai lomba inovasi bisnis tingkat nasional dengan produk unggulannya kerajinan tangan dari kulit binatang. Lalu di 2008, lembaga UKM Cenohter Sumut masuk nominasi 10 besar terbaik sentra kewirausahaan pemuda (SKP) sehingga berhak menerima bantuan dana block grand sebesar Rp 50 juta dari Kemenegpora.
“Dana sebesar itu tidak untuk dinikmati sendiri oleh pengurus, tapi dikucurkan untuk membina wirausahawan muda untuk membentuk sentra-sentra usaha. Bentuk kegiatannya meliputi pelatihan, manajemen pengelolaan, serta pengadaan sarana dan prasarana yang terus berlangsung hingga sekarang,” kata Deni.
Dia memberi contoh, sentra industri sepatu di Jalan Brigjen Zein Hamid Delitua serta Jalan Pancasila Medan Denai, kemudian sentra pelatihan pembuatan batik tulis dan batik cap motif khas Batak di Jalan Bersama Gg Musyawarah Medan Tembung.
“Di sentra pelatihan pembuatan batik ini, sudah dua kelompok yang menjalani latihan dengan jumlah tiap kelompok sepuluh orang. Hal yang sama untuk sentra pelatihan pembuatan telekung yang sudah memasuki gelombang kedua dengan jumlah peserta masing-masing sepuluh orang juga,” ungkap Deni.
Sentra pelatihan pembuatan telekung di Jalan Bersama No. 98 Medan Tembung, diikuti wanita khususnya remaja tamatan SMA. Dua sentra pelatihan yang berdekatan ini, nantinya diharapkan menjadi perpaduan yang menghasilkan batik serta telekung berkualitas untuk meraih pangsa pasar di sektor garmen.
Satu lagi, sentra pembuatan makanan, yakni jenis makanan sumpia di Jalan Pahlawan Gg Perwira. “Di sini, justru sudah berkembang sangat pesat karena di lingjkungan itu sudah benar-benar menjadi sentra perajin sumpia. Ini luar biasa, dan kita berharap sektor usaha yang sudah berjalan ini bisa terus dikembangkan,” kata Deni.
Ke depan, UKM Center Sumut memproyeksikan pegembangan sentra-sentra perajin untuk produk lain. Mereka akan melatih 50 pemuda putus sekolah berusia 15 sampai 30 tahun membuat makanan olahan aneka rempeyek.
“Untuk makanan rempeyek ini, produksinya sudah berlangsung dengan tiga jenis bahan yakni kacang tanah, kacang hijau serta ikan teri asin. Namun kami mengajukan proposal lifeskill untuk mendapatkan dana bantuan Kemenegpora kerjasama dengan Depdiknas. Dari Jakarta sudah memverifikasi langsung, termasuk lokasi pelatihan di dua tempat yakni Jalan Sei Serayu dan UKM Center.
Karena itu pula, UKM Center Sumut tengah mengembangkan showroom sekaligus kantor di Jalan Al Falah Medan yang diharapkan bisa menjadi lokasi pameran serta promosi untuk membantu pemasaran produk-produk usaha binaan tersebut. Harapan lainnya, bukan cuma sentra yang terbentuk, tapi incubasi bisnis sentra kewirausahaan pemuda. “Sifatnya berupa pendidikan dan pelatihan kepada pemilik usaha kecil untuk lebih mengembangkan usahanya,” sambung Deni.
Dan sejumlah kerjasama juga telah dilakukan dengan perusahaan BUMN yang memiliki dana CSR PKBL seperti PTPN 3, PTPN 4, Pertamina serta Asuransi Export Indonesia. Khusus PTPN 4, telah mengucurkan dana antara Rp 10 juta hingga Rp 35 juta bagi 20 pengusaha yang bergerak di bidang pembuatan makanan, sepatu, bantal, telekung, sembako, peternakan lele dumbo hingga pengusaha barang bekas (botot).
“Syaratnya, usaha-usaha tersebut tentu jelas fisiknya serta tengah berjalan. Kami juga membantu pembuatan proposal bagi usahawan yang ingin mendapatkan dana bantuan tersebut,” sambung Deni seraya mengatakan pihaknya juga menjalin kerjasama dengan institusi terkait lainnya seperti Disperindag, Dinas Koperasi dan UKM, lembaga pendidikan USU serta BPN.
Yang terakhir ini, kerjasama yang dilakukan berupa sertifikasi tanah milik pelaku UKM, kemudian yang ingin mendapatkan modal bisa mereka bantu untuk mnghubungkannya dengan Bank Sumut dengan membawa sertifikat tanah tadi sebagai jaminan. (eko)