Senin, 30 November 2009

Nasionalisme Gulma MDF : DENGAN SALAK MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT BANGSA


BAGI umumnya pengusaha, sukses yang dicapai berarti besarnya nilai uang yang mampu diperoleh dari hasil usahanya. Keuntungan finansial sebesar-besarnya, tentu menjadi sasaran dari kegiatan usaha yang dijalankan tersebut.
Tapi, prinsip tersebut tak berlaku bagi Gulma MDF, seorang pengusaha salak olahan asal Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Setidaknya, dia tak memandang uang sebagai segala-galanya, walau tak dipungkiri dia berharap usaha yang tengah dijalaninya tersebut maju dan berkembang.
“Saya pernah ditawari untuk mengembangkan usaha pengolahan buah salak ini di Malaysia. Bahkan saya sampai ditawari jadi warga negara sana, dengan iming-iming uang miliaran rupiah. Tapi saya tolak,” ungkap Gulma, mengawali kisah suksesnya mengembangkan sentra industri salak, komoditi andalan yang jadi ciri khas daerah Tapanuli Selatan.
Kenapa Gulma menolak tawaran menggiurkan tersebut? Alasan pertama, dia ingin mengentaskan kemiskinan dan menaikkan derajat ekonomi masyarakat khususnya petani salak di daerahnya.
Alasan yang kedua, ini yang menunjukkan betapa nasionalisme seorang Gulma, “Saya ingin mengangkat harkat dan martabat bangsa. Saya tidak ingin bangsa ini dihina, dan tentunya saya tidak mau hasil bumi kebanggaan Indonesia diklaim bangsa lain. Orang Malaysia mau mengembangkan industri pengolahan salak, sementara bahan bakunya dari sini. Dengan tegas, saya menolak, makanya hasil produk saya ini segera saya patenkan,” ungkapnya lagi.
Lalu, apa keistimewaan produk salak olahan buatan Gulma sehingga orang Malaysia tertarik untuk membeli hak patennya? Kalau selama ini kita mengenal salak sebagai buah-buahan yang dikonsumsi sebagai buah segar atau dibuat manisan, namun di tangan Gulma buah yang dihasilkan dari pohon mirip sawit ini menjadi aneka panganan dan minuman yang mengandung keistimewaan dari segi rasa dan juga khasiat.
Ada sembilan jenis produk olahan salak yang diproduksi Sentra Industri Salak Agrina – koperasi yang dikembangkan Gulma bersama masyarakat daerahnya. Yang menjadi andalan diantaranya Dodol Salak Naduma, Kurma Salak Narobi, Keripik Salak Namora, Madu Salak Najago, Sirup Salak Natabo serta Minuman Energi Salak Nagogo.
“Semuanya produk olahan alami yang mempunyai khasiat serta citarasa. Banyak orang yang belum mengetahui, buah salak memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kami saja jika di kampung, sebelum ke ladang pagi harinya cukup makan tiga potong dodol salak, maka cukup tenaga untuk bekerja hingga siang,” papar Gulma.
Sementara kurma salak, yakni satu ruas biji salak yang diolah sedemikian rupa sehingga mirip buah kurma dengan rasa dan khasiat yang tidak kalah. Sedangkan madu salak, juga bisa menyamai manfaat madu lebah utamanya untuk kesehatan, hanya madu salak ini dibuat dari campuran sari-sari buah salak yang beraneka jenis.
“Termasuk kami sudah mengembangkan buah salak sebagai bahan baku pembuatan bakso dan agar-agar. Khusus bakso, tentunya yang terbuat dari buah salak ini non kolestrol, dibandingkan dengan berbahan daging,” imbuhnya.
Ada satu lagi rahasia yang ingin diungkapkannya ke masyarakat. Keistimewaan salak, nyatanya lebih dari anggur Prancis. “Ini sudah diteliti di laboratorium Amerika Serikat, namun karena hasilnya belum dikirim, kami belum bisa mengeksposenya. Yang jelas, berbanggalah bangsa Indonesia memiliki buah yang kaya aneka manfaat ini,” ucapnya.
Soal usaha yang tengah dikembangkannya saat ini, Gulma mengatakan, produksinya baru sekitar satu tahun setelah satu tahun sebelumnya dia melakukan penelitian. Penelitian dilakukannya pribadi, namun produksi dilakukannya bersama masyarakat lewat wadah Koperasi Agrina dimana dia sebagai ketuanya. Koperasi ini beralamat di Jalan Sibolga Km 11 Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.
Prospek industri ini ke depan, diyakininya sangat cerah melihat bahan baku salak khususnya di Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidimpuan sangat melimpah. Diperkirakan bisa mencapai 100 ton per hari.
“Saya yakin, usaha ini ke depannya akan langgeng. Dan pastinya akan mendukung ekonomi kerakyatan terutama bagi petani salak, karena semua kebun salak milik rakyat tidak ada yang milik PT,” ucapnya.
Dengan ciri khas, kualitas rasa serta khasiat produk salak olahan produksinya, Gulma pun makin optimis untuk membuka seluas-luasnya pasar hingga luar daerah hingga luar provinsi. “Mudah-mudahan saja. Ini demi cita-cita saya, mengangkat harkat dan martabat bangsa,” pungkasnya. (eko)

2 komentar:

  1. no HP bg brapa bg....!! no bg hilang sama ku.....

    BalasHapus
  2. ini aku imran surbakti.......yang di binjai karna aku punya rencana mau buat bakso salak tolong no HP bg

    BalasHapus